27 Mei 2016

Cerpen: Vila di Puncak Bukit

Setelah gema dentang kesembilan jam dinding itu pudar, aku mulai menghitung: Satu, dua, tiga, empat... dan suara piano itu pun terdengar. Lamat-lamat membelah keheningan malam yang kian membeku. Murung menggigil, simfoni hati yang lelah didera duka dan rindu. Aku tercenung, bersandar pada pilar di teras, diam-diam menghela napas berat. Terasa ada kesenduan yang menyelusup. Sementara jauh di dalam kesamaran ingatan, ada kilasan-kilasan hari yang terasa dikenali namun tak teraih. Ada wajah, ada senyum, ada nyanyian, ada tawa, dan ada kesedihan yang terasa begitu kelam, yang masih terasa menyisakan sakit di relung sanubari.

25 Mei 2016

Cerpen: Kisah Kecil dari Sudut Kampus

“Kamu brengsek!” begitu sambutan gadis itu, ketika aku sampai di meja yang terletak di sudut luar kantin tempatnya duduk, di kantin sudut kampus.
“Wah, sedap banget!” sahutku, menyeringai, “Baru sampe udah dihadiahin makian ama mahasiswi cantik,” ujarku, bukan sebagai keluhan, seraya mengempas duduk di sisinya. “Emang aku punya salah apa sih ama kamu, Cantik?”

02 Mei 2016

Cerpen: Bingkai Hati

Dengan mata setengah terpicing Anggraini mencoba menafsirkan siapa sebenarnya bayangan itu. Bayangan yang sedang membuka pintu pagar rumah kostnya. Ia tak berhasil, karena bayangan itu tampak sangat jauh dan hanya berupa siluet kabur. Diam-diam ia jadi sedikit menyesal karena tadi tak mengenakan kacamatanya.